Kamis, 29 September 2016

Ngenesnya LDR


Ngenesnya LDR
Gays, ini kisah lama gue. Seberkas masalalu yang selalu membuat gue ngerasa damai, tenang, bahagia, dan ngerasa paling bersalah. Sebelum baca harus pada siapin tisu basah agar kalian gak mencret mendadak ketika ngebaca cerita ini. Sedikit ngawur namun tersetruktur.
21 November 2015, Malam Minggu yang sangat cerah. Seperti biasa, gue selalu menghabiskan malam minggu bersama dengan laptop butut gue. Tempat yang digunakan? Ah, jelas saja bukan coffe, mana mungkin cowok yang menjalin hubungan LDR-an bisa nongkrong di coffe. Gue habiskan malam minggu yang cerah ini di perpustakaan kota. Ingin rasanya gue menghabiskan malam minggu di coffe, tapi gak mungkin. Sama siapa gue kesana? Pacar gue aja jauh di seberang sana.
Malam minggu kali ini sangat berbeda, tepatnya mulai dua bulan yang lalu dimana hubungan LDR gue memasuki fase empat bulanan. Entah apa yang terjadi, yang jelas gue sangat ngerasa jadi lelaki congok malam minggu ini. Sumpah, andai gue boleh memilih gue lebih memilih gantung diri daripada digantungin cintanya. Hubungan yang seharusnya semakin membaik dan saling mengerti satu sama lain karena sudah menginjak empat bulan justru malah sebaliknya. Segala cara telah gue lakukan demi keharmonisan hubungan gue dengan si Dia. Tapi, ah, sayang sekali, gak ada respeck samasekali dari dia. Hina sekali gue sampai gak dianggap oleh seorang wanita yang katanya kekasih gue. Kesabaran memang ada batas.
Malam minggu ini suasana perpustakaan berasa sangat panas, gak seperti biasanya. Gak perlu tengah malam biasanya udara perpus sudah dingin, tapi kali ini sudah memasuki jam satu pagi tapi udara masih saja terasa panas ditubuh gue. Mungkinkah ini efek sakit hati? Um, bisa saja sih. Motor berjejer diparkiran perpus, banyak para jomblonista atau couplenista yang datang untuk sekedar numpang Wifi kayak gue ini. Ada juga kaum jomblonista yang sedang mencari gebetan baru. Semoga saja ada yang mau ya. Sekalian doain gue juga biar bisa lepas dari jeratan yang hanya akan menyiksa batin. Gak dianggap sama saja dipermainkan. Dipermainkan sama saja dihina. Dihina samasaja minta dijauhin.
Motor-motor para pengunjung berjejer rapi dihalaman parkir Perpustakaan. Salah satunya ada motor pinjaman yang gue bawa saat orangnya sedang gak ada di kamar kos. Ingin gue buka baju untuk mengurangi rasa panas ini, tapi gue sadar gue bukan anak idiot yang doyan banget ngelakuin hal konyol seperti bersin didepan orang yang sedang asyik makan.
Sambil nulis di blog, gue pantengin layar hape yang tepat berada disamping laptop. Gue berharap sms datang dari kekasih gue lalu dia dengan semangat ngucapin selamat malam minggu. Tapi, sampai larut pun gak ada sms yang nyasar dari dia masuk dalam hape gue. Mungkin dia selingkuh. Ah, semoga saja tidak. Atau mungkin dia sedang bersenang-senang dengan para sahabatnya. Sepertinya tidak juga. Aha, atau mungkin dia lagi makan atau ketiduran. Ah, manusia mana yang makan lama sekali sampai menghabiskan waktu selama lima jam. Tidur? Manusia mana yang tidurnya lebih dari satu hari? Manusia langka kan?
Berlahan para pengunjung berangsur meninggalkan tempat. Tinggal menyisakan beberapa yang salah satunya adalah gue. Pak Scurity mulai menimang-nimang tongkatnya. Sepertinya akan segera akan dia lepaskan ke salah satu pengunjung yang paling betah numpang wifi di perpus. Apalagi cowok-cowok, pantas saja Scurity gak mau. Kalau cewek mungkin sampai pagi akan dijabanin. Selarut ini gak ada juga sms yang masuk. Andai dia tau disini betapa gue sangat mengharapkannya. Gue sangat mencintainya. Gue ingin bahagia dengannya. Tapi sayang, gue gak dianggap. Gak ada cintanya untuk laki-laki gak jelas ini. Semoga yang kau lakukan disana adalah benar dan untuk kebaikanmu. Tak apa aku disini harus terluka, asal kau di sana bahagia. Ciiiieeee.... Kok gue sok puitis gini ya? Habis makan apa gue tadi. Perasaan cuma minum Air galon tok, hahahaaa.

Selasa, 27 September 2016

Ngenesnya LDR Part 3


Ngenesnya LDR Part 3
2015 adalah tahun paling bersejarah bagi gue. Tahun yang katanya tahun Kambing Kayu. Bagi orang yang lahir di tahun itu dipercaya memiliki hati mulia, baik, murah hati dan adil. Cocok, seperti gue. Entah kenapa gue bisa sampai mengukir sejarah baru di tahun itu. Tepatnya pada bulan agustus tanggal 23 sejarah itu berlangsung.
Flashback pada masalalu yang sangat membuat gue merasa ganteng karena berhasil selingkuh dengan dua gadis sekaligus yang akhirnya mengutuk gue jadi susah dapat pacar lagi. Beberapa tahun yang lalu gue punya pacar namanya Nadia. Baru satu bulan gue jadian dengan Nadia  gue kembali jadian dengan cewek namanya Ane. Nadia dan Ane adalah teman satu kelas bahkan satu bangku. Gue tega selingkuh karena dua-duanya cantik. primadona sekolah. Perselingkuhan berjalan dengan baik tanpa ada hambatan sebelum akhirnya gue ketauan dan gue ditinggalkan.
Satu bulan proses selingkuh berlangsung gue ketauan kedua kekasih gue. Ane, yang memang sangat cantik dan menjadi primadona sekolah langsung pergi meninggalkan gue. Mungkin dia sadar atau dia malu, baru kali  ini diselingkuhin sama cowok jelek bin kampret seperti gue. Banyak laki-laki super ganteng yang ngedeketin Ane, tapi laki-laki yang beruntung mendapatkan Ane hanya gue, hahaaa. Keberuntungan anak soleh. Ya, bokap gue namanya Soleh. Ane pergi meninggalkan gue, hati berkecamuk ditinggalkan wanita yang sangat cantik yang baru pertama kalinya gue miliki selama hidup. Pacaran dengan Ane sudah menjadi kebanggaan tersendiri buat gue meskipun berlangsung singkat. Yah, setidaknya sedikit meninggikan imez gue terhadap anak-anak di sekolah. Sumpah, semenjak gue jadian dengan Ane, gak  ada lagi yang ngejek gue dengan panggilan “Kuntet!”  Jelas gue dipanggil kuntet karena  gue cebol alias pendek. Menderita sih dengan julukan itu, namun tetap gue syukuri. Dan semenjak jadian dengan Ane julukan gue diganti yaitu “The Best.” Entah gue harus bahagia atau tidak dengan julukan itu, namun setidaknya masih ada kata Best buat julukan gue.
Setelah Ane pergi meninggalkan gue, giliran Nadia yang juga pasti akan menyusul langkah Ane. Semuanya sudah gue siapin.  Mental baja diputusin pacar dua kali dalam satu  hari udah siap membentengi jiwa gue agar tidak koplak kemdian menjadi stres. Gue pantengin HP menunggu sebuah call atau Masanger dari Nadia. Namun, sampai hari menjelang magrib belum juga ada tanda-tanda bahwa Nadia akan mutusin gue. Ah, mungkin saja dia lagi gak ada pulsa. Atau mungkin juga besok saat di  sekolah? Harus tetap tenang agar tidak stres. Kunci menghadapi cewek itu hanya dengan ketenangan.
‘Kamu kenapa tega melakukan ini kepadaku?’ Sebuah pertanyaan dengan nada tersendu terdengar ditelinga gue. Gue sedang duduk sendiri menopang dagu dibelakang kelas. Memperhatikan pohon-pohon karet yang rindang.
Gue menoleh, ‘Nad-......’ mata gue tercengang melihat sosok dibelakang gue.
‘Sudah, tidak usah pura-pura kaget dengan kehadiranku. Bukankah ini inginmu, bukan?  INIKAN YANG KAMU HARAPKAN?!’  Ia memotong kalimat gue. Dia tampak marah melihat muka jelek  gue yang merasa bersalah.
‘Aku minta maaf. Ini semua salahku, tapi bisa aku jelasin.’ Gue mencoba untuk menenangkan. Gue pasang expresi semelas mungkin seolah gue menyesal sangat dengan kesalahan ini.
‘MEMANG! Memang ini salah kamu. Emang siapa lagi. Dasar cowok BRENGSEK!’  Bentaknya membuat gue kaget kemudian membuka mata lebar-lebar. Sepertinya dia sangat benci sekali dengan gue. Gue segera melindungi pipi kasar gue agar gak kena gaplok.
‘Tapi~......’
‘Sudah, Stop! Jangan kau perpanjang kalimatmu yang akan semakin menggoreskan luka dihatiku ini. Aku akan menenangkan hati ini karenamu.’ Dia melangkah pergi meninggalkan gue. Gue hanya terpaku melihatnya melangkah seperti robot.
Baru lima langkah dia membalikan badan tiba-tiba, ‘Kamu, kamuuu.... Kejaaammmm...’  Ucapnya nunjuk muka gue. Dia koprol-koprol sampai akhirnya sampai di dalam kelas. Di sanalah dia memulai meditasi.
Gak mau kecolongan akhirnya gue samperin Nadia ke kelas. Disana gue mencoba untuk menjelaskan. Sungguh gak terduga, bukannya marah atau mutusin gue justru Nadia malah minta maaf karena sudah berkata kasar kepada gue. Yang awalnya gue kira dia mau mutusin ini malah dia jatuh kembali dipelukan gue. Sungguh gadis yang sangat baik, mau memaafkan laki-laki yang sudah menghianati dia.
‘Terimakasih atas maafmu untukku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi.’ Permintaan maaf gue saat ia berlabuh dalam pelukan kasar gue. Gue elus-elus rambutnya yang terurai indah seperti serabut kelapa.
Dia mengangguk kecil.
Perjalanan cinta segitiga gak berhenti begitu saja. Perjalanan cinta segita juga gak selamanya berjalan dengan indah. Perjalanan cinta segitiga juga gak semuanya buruk. Dan perjalanan segitiga juga yang akhirnya menyadarkan gue untuk menjadi laki-laki dewasa yang tidak boleh serakah. Manusia memang serakah, namun ingat! Keserakahan akan membuat kita lupa jika ternyata kita meninggalkan yang terbaik.
Bagi pembaca yang ngerasa menjalin cinta segitiga, cobalah untuk berfikir kembali apakah keputusanmu itu benar. Wanita hanya ingin dikasihi dan dicintai. Cintai wanita yang juga mencintaimu. Dan sayangi wanita yang bisa menerimamu meski kau telah menyakitinya. Dan, jadilah laki-laki yang tidak akan menyakitinya untuk yang kedua kali.
Kalo kepepet ya gak pa-pa..heheee....#pease

Senin, 26 September 2016

Ngenesnya LRD Part 2


Ngenesnya LRD Part 2
Gays, gayss...... Halo-hola dan apa kabar kalian semua.... Gue harap kalian masih pada bernyawa setelah ngebaca “Ngenesnya LDR Part 1” yang gue posting beberapa hari yang lalu. Kali ini gue masih akan bercerita mengenai hubungan jarak jauh alias LDR. Sumpah, lo harus siapin banyak tisu sebelum ngebaca karena gue yakin kalian bakalan termehek-mehek setelah ngebaca cerita ini. Lebih sadis dan lebih gokil!
Ada pepatah Hungaria mengatakan bahwa Tak Kenal itu maka Tak Sayang. Tak sayang maka tak jadian. Dan tak jadian maka...... Jomblo!
Gue adalah tipe orang yang suka banget hijrah dari Negara satu ke Negara yang satu lagi. Banyak banget negara-negara yang sudah berhasil gue kunjungi mulai dari Lampung, Bandung, Garut, Cimahi, Wonosobo, Klaten, Kudus, Demak, Jepara dan akhirnya gue trdampar di salah satu Negara terindah di seluruh Dunia yaitu Yogyakarta. Senyum dulu dong..... Serius banget.
Oke gays, mulai masuk pada cerita. Kali ini gue akan memulainya dari Lampung tempat gue mengawali LDR. Negara kelahiran gue. Gue pernah mengikat janji suci kepada seorang wanta cantik yang telah berhasil membangkitkan semangat hidup gue. Wanita yang sangat anggun dan wanita yang sangat........ Beautiful. Ciieeee...... Sok puitis lo. Hahahaaa....
Ini adalah kisah cinta LDR gue pada tahun 2015 tahun lalu. Entah mengapa sejak saat itu gue menjadi cowok yang paling harus bisa mengerti cewek. Sumpah, gue gak pernah yang namanya luluh dihadapan cewek, tapi setelah si dia jadian dengan gue, gue berubah menjadi cowok penurut seperti ayam kalkun. Selalu harus bisa mengerti cewek.
Pacaran dengan sistem LDR itu gak enak banget. Sumpah! Ruang lingkupnya sangat sempit sekali. Gak percaya? Gue tanya, apa coba yang bisa diperbuat oleh pasangan LDR selain Telvonan sambil gelesotan di kasur terus senyum-senyum sendiri meluk bantal guling padahal yang pengin di peluk si dia. Mandangin foto pasangannya di kamar sambil nyiumin tu foto sampe ngiler-ngiler udah gitu bosen di kamar jadi pindah ke kamar mandi. Sms-an yang kadang pending karena sinyalnya jelek jadi ngomel-ngomel sendiri di kamar sampe gigitin kasur sampe jebol udah kayak tikus. Curhat di Blog kalo gak di buku diary kayak gue ini sambil namgis sampe ngeluarin airmata satu galon. Mencoba sok-sokan belajar ujung-ujungnya dibilang selingkuh, gak sayang, jahat, penghianat dan sampai bajingan. Cuma segitu ruang lingkup pasangan LDR itu. Gimana? Ada yang yang ngerasa gak? Pasti ada, karena gue sendiri aja ngerasa banget. Itu yang gue alami selama menghadapi fase LDR.
Katanya LDR itu melatih kesabaran dan menguji kesetiaan cinta kita terhadap pasangan. Busyit! Bohong! Tipu-tipu! Siapa yang bisa sabar ngeliat temen-temen satu kontrakan jalan sama para kekasihnya masing-masing di malam minggu sedangkan kita cuma jalan dengan hape nungguin sms dari dia kalo gak telvon yang kadang emosi karena pulsanya habis? Ada yang sabar? Hebat dah buat yang bisa sabar. Gue yakin, cepat atau lambat kalian pasti akan bilang “Gue Bosan!”
Hubungan LDR gue saat itu menginjak empat bulan lebih satu hari. Di malam minggu yang cerah dan di malam minggu yang indah. Seindah ketika kita melihat orang-orang pacaran dan mesra-mesraan di depan mata kita.#bacok
Malam itu entah mengapa gue kangen banget sama si dia. Ketika gue bangun tidur siang sampai gue mandi sore yang ada dipikiran gue hanya dia. Gue gak tau entah dia juga merasakan hal yang sama atau tidak yang jelas, gue ingin pikiran dia sama dengan pikiran gue. Setelah mandi sore gue buru-buru pergi ke konter terdekat untuk membeli pulsa. Pulsa gue isi full empat liter sampe tu hape gak cukup buat nampungnya. Berbagai kalimat sudah gue sediakan mulai dari kalimat basa-basi sampai kalimat yang super basi. Gue dandan rapih seperti layaknya cowok yang mau ngajak jalan ceweknya. Padahal LDR.
Malam pun tiba, batrei hape gue lihat full. Keadaan gue terlihat sangat tampan. Bau badan gue udah gak sebau dua tahun yang lalu saat satu bulan gue gak mandi. Rambut tersisir rapih udah mirip banget sama mafia tanah yang sering datang ke rumah gue. Bintang di langit sana terlihat indah dengan kerlap-kerlipnya. Malam minggu ini langit terlihat sangat cerah-se-cerah hati gue. Semuanya terlihat sangat sempurna. Alam, keadaan lingkungan, dan semua seisi bumi seolah mendukung gue malam itu. Hanya satu yang terasa belum sempurna. Gue belum makan. Padahal udah laper banget.
Kata anak jaman sekarang jadi cowok itu gak boleh egois. Gak boleh mendahuluin cewek. Jadi, karena hal itu gue belum makan meskipun laper. Gue gak mau menjadi cowok egois karena makan sendiri. Dan gue juga gak mau dibilang cowok pendahulu wanita karena gue makan duluan sebelum cewek gue.
TING-TONG...... TING-TONG......
Akhirnya, waktunya telah tiba. Jam tujuh malam. Tepat sekali. Gue mulai meraih hape yang ada di atas kasur. Gue segera pasang posisi paling nyaman. Seisi kamar sudah rapi. Sprei, bantal, guling juga tertata rapi di atas kasur. Ruangan wangi. Gue udah siap. Perlahan gue mulai mengangkat hape dan gue cari nomor kontak si dia. Mudah sekali. Tinggal gue ketik huruf awalnya A lalu nama dia sudah nongol. Gak butuh lama, gue langsung menekan tombol hijau tanda call.
Nguuttt..... Nguuuttt......
Oke, percobaan pertama gagal. Gak ada respon dari dia. Ah, mungkin dia lagi mandi. Pikir gue sambil terus terbujur kaku di atas kasur dengan penampilan yang gak wajar. Gue masih mencoba. Dua kali, tiga kali, empat kali sampai berkali-kali tak ada satupun yang diangkat. Gak ada respon dari dia. 1994 sms gue kirim ke nomor dia dan satu pun gak ada yang dia bales. Untuk yang ke-1028 kalinya gue mencoba untuk menghubungi dia. Cukup lebih baik dari sebelumnya. Ada jawaban.
“MAAF, NOMOR YANG ANDA TUJU SEDANG SIBUK. SILAHKAN COBA LAGI.”
Terimakasih mbak operator yang baik sudah menjawab telvon gue. Namun sayangnya bukan kamu yang aku harapkan. Gue semakin terbujur kaku di atas kasur yang tadinya rapih sampai kini berantakan karena bantal, guling, buku-buku, sampai bingkai fotonya yang tadinya gue ciumin kini berhamburan di kamar karena gue lempar dengan kesal. Hatiku hancur. Sakit. Entah mengapa malam minggu itu terjadi pada gue. Gue punya pacar. Gue punya cinta dan gue punya pulsa. Tapi entah mengapa semua itu seperti tidak ada gunanya ketika si dia menghilang begitu saja bagai ketelan bumi. Gue merintih di dalam kamar. Memandangi langit-langit yang mulai kusam karena sering bocor. Airmata gue menetes membasahi pipi menepi pada sebuah muara sampai akhirnya berakhir di pulau kapuk. Ingin rasanya saat itu juga gue bunuh diri minum racun tikus agar dia tahu jika gue mencintai dia lebih dari nyawa gue sendiri. Namun gue masih sadar, gue bukan tikus got yang pantas mati dengan racun tikus.
Sampai jam sebelas malam gue tungguin balasan atau pun call balik dari dia. Namun sampai mulut gue berbusa menganga setiap detik tak ada kabar dari dia. Kabar burung pun tak ada. Apalagi kabar-kabari. Mata gue mulai terlelap dengan segala kekecewaan yang membumbu dihati gue. Panas, jengkel, kecewa, marah, semuanya menjadi satu sebelum akhirnya pada jam dua pagi saat gue mulai memejamkan mata tiba-tiba hape gue berdering. Jam dua pagi! Ingat! Jam dua pagi. Gue nunggu dari jam tujuh sampai hampir minum racun tikus dan baru jam dua pagi dia memberi kabar. Sumpah! Di anggap apa gue?#Ngenes
Kalo ada yang pernah merasakan hal-hal demikian marahlah. Makilah dia dan hujatlah dia lalu setelah itu renungkanlah. Apakah pantas kamu menghujat dan memaki seorang wanita. Jika hatimu merasakan ketidaktegaan atau penyesalan berati kamu memiliki “CINTA.”

Senin, 19 September 2016

Buget (Budak Gebetan)


Buget (Budak Gebetan)
Nasi Kotak Murahan
Gue gak ngerti dengan system pergebetan di Indonesia ini. Kadang, modal ganteng aja itu gak cukup dimata gebetan. Kita harus lebih baik, perhatian, jujur dan pokoknya masih banyak dech kata harus, harus, dan harus….
Gebetan : “Aku gak mau tauk. Pokoknya kamu harus bawain aku makan karena aku laper. Dan harus enak.’
Cowok : ‘Kok jadi aku?
Gebetan : ‘Kan aku gebetan kamu, jadi kamu harus nurutin apa kemauan aku sampai aku mau jadi pacar kamu.”
Menurut gue ada yang gak bener dengan system pergebetan ini. Malah lebih parah dari pacaran. Lebih baik jadi budak cinta dech daripada budak gebetan yang belum pasti.
Makan sudah datang. Butuh waktu lama dan butuh uang banyak untuk mendapatkan nasi kotak ini.
Cowok : “Nasi sudah datang. Silahkan menikmati nona manis.” Kata si cowok menyuguhkan nasi kotak di hadapaan gebetannya.
Cewek : “Kok ayam? Kamu mau aku gendut? Kamu gak iklas nolongin aku? Kamu nyamain aku sama ayam? Iya?”
Cowok : “Egak. Aku gak bermaksut gitu. Kan kamu yang minta.” Kata si cowok kebingungan.
Cewek : “Kan aku mintanya makan yang enak.”
Cowok : “Ya tapi ini makanan yang paling enak bagi aku. Ini juga kan tanggal tua. Kamu harus ngerti aku geh.”
Cewek : “Aku? Ngerti kamu? Hello, aku kan cewek. Dimana-mana juga tu cowok yang harus ngertiin cewek. Udah ah, kamu mah gak peka.”
Si cewek pergi meninggalkan si cowok yang masih melongo tidak berdaya ditempat.
Tuh kan, apa kata gue. Bener-bener lebih buruk dari BUDAK CINTA. Sumpah, siapa saja pasti bakalan milih mati daripada jadi budak cinta. Hihh, gue sih gak mau jadi budak gebetan. Cowok? Diperbudak cewek? Hah,~
Cewek : “Ales, kok diem aja sih? Kejar aku geh, kan aku gebetan kamu. Gimana sih!”
Cowok : “Hah, iya, iya, iya.”

Di Begal gara-gara gebetan
Gue gak ngerti, enak mana antara jomblo sama punya pacar. Punya pacar susah gak punya pacar lebih susah. Serba salah deh jadinya.
Ales : “Lo mau kemana rapih gitu?” Tanya Ales pada sahabatnya.
Dion : “Mau tempat cewek gue.”
Ales : “Mau ngapain?”
Dion : “Ya mau pacaranlah. Punya pacar. Emang elo, JOMBLO!” Dion mengibaskan kerah bajunya.
Tuh kan, beneran parah. Jomblo parah. Jomblo ngenest. Jomblo...... pokoknya gitu dech. Pengin punya punya pacar, tapi baru pedekate aja sudah ngabisin harta benda.
Minggu lalu gue baru saja bahagia karena akhirnya ada cewek buta yang mau jadi gebetan gue. Namanya Nia. Gue kenal Nia saat gue lagi joging di taman. Munggu lalu semuanya terasa indah sebelum akhirnya minggu ini gue menderita. Iya, menderita.
Malam kamis yang gelap. Malam kamis yang horor.
Nia : “Halo,”
Ales : “Iya.”
Nia : “Kamu lagi dimana?”
Ales : “Ada dirumah. Kenapa?”
Nia : “Aku boleh minta tolong?”
Ales : “Minta tolong apa?”
Nia : “Minta tolong beliin makan. Aku mau keluar tapi gak ada temen. Takut.”
Ales : “Hah, makan? Umm... umm.... Tapi aku lagi ada tamu. Keluargaku disini.”
Nia : “Yeahh.... padahal aku udah laper banget. Padahal aku juga pengin banget makan bareng kamu di kos aku.”
Ales : “Hah, makan bareng. Aku bisa kok. Aku bisa.”
Nia : “Kamu serius?”
Ales : “Iya, aku serius. Serius banget.”
Nia : “Keluarga kamu gimana?”
Ales : “Gak papa, mereka udah pada gede, jadi bisa ngurus dirinya sendiri.”
Yes! Akhirnya gue bisa makan bareng juga sama gebetan. Lampu kuning mulai menyala dan bentar lagi pasti langsung hijau.
Ales mengendarai motor untuk membelikan makan sang gebetan. Tapi ditengah jalan dia dicegat sama tiga orang laki-laki yang ternyata begal.
Ales : “Kalian mau ngapain?” Tanyanya saat motornya dihadang oleh tiga orang asing itu.
Begal 1 : “Kami mau ngasih sumbangan.”
Ales : “Sumbangan? Sumbangan apa? Sumbangan miskin?”
Begal 2 : “Ni orang bego banget sih.”
Begal 3 : “Iya. Bego.”
Begal 1 : “Lo pake nanya lagi. Kami ini begal, ya jelas mau begal lah. Pake nanya!”
Ales : “Ohhh... jadi kalian itu begal. Hah! Apa? Begal? Berati kalian mau ngambil motor gue dong?”
Begal 1 : “Ya jelaslah. Masak gue mau ngambil keperawanan lo, gak mungkin kan?”
Ales : “Tapi motor gue masih kredit lo. Nanti kalian susah lagi ngangsurnya. Nanti kalo kalian terlambat ngangsur bisa ditarik dieler lo. Kalian bakalan malu.”
Begal 3 : “Bener juga tuh anak. Masak dicabut dieler. Bisa malu kita sebagai begal papan atas kalo sampai punya motor dicabut dieler.”
Begal 2 : “Iya juga ya. Anguran ni motor kalo dilihat dari wajahnya pasti mahal. Lihat aja, tampangnya miskin gitu. Miskin wajah juga. Kasian.”
Begal 1 : “Hahh... Bego semua. Udah, ambil motornya. Buru!”
Begal 3 : “Tapi bos, gimana dengan angsurannya?”
Begal 2 : “Iya bos, gimana kalo nanti dicabut dieler?”
Begal 1 : “Kalian mau gue jeburin ke sungai? Mau?” Kata begal 1. Kedua anak buahnya menggeleng polos.
Begal 1 : “Makannya, cepet ambil motornya.”
Akhirnya motornya dibawa kabur oleh begal-begal itu. Dan Ales pulang jalan kaki kembali kerumah kontrakannya.
Nia : “Ales, kamu kok lama?” Tanya Nia lewat sms. Ales mengerutkan dahi melihat sms itu. Akhirnya Ales pingsan.

Sabtu, 17 September 2016

Asap Oh Asap


 Asap Oh Asap
Hello gayeeesss....... Ketemu lagi dengan gue, penulis yang bukunya gak terbit-terbit. Siapa lagi kalau bukan si manusia Laki kolaburasi Perempuan yaitu Wiwit Sugiarto.
Gays, sory ya akhir-akhir ini gue jarang aktif untuk menuh-menuhin beranda kalian. Gue lagi galau gays. Lo tau lah apa galau itu. Itu tuh, yang kalo kata anak jaman sekarang sedang terjadi Kontraversi Hati. Oh, itu bukan kata anak zaman sekarang to? Terus kata siapa? Oh, iya gue tau. Benar kok, itu kata Viky Prasetyo. Eh, sory, gak boleh nyebut merek atau nama, jadi di sensor aja ya, hikhiiikkkhikk....
Kenapa gue galau? Biasa lah, anak kuliahan. Apa lagi coba masalahnya? Cewek? Ah, sotoy lu pada. Mana mungkin gue galau karena cewek, Laku juga kagak. Yah, kalau sanak sodara ada yang mau ama gue, boleh lah dikenalin.#Promosi
Masalah galau gue bukan karena cewek gays, tapi karena ekonomi yang semakin menipis. Tipisnya Iman tak separah Tipisnya ekonomi gays. Dalam artian disini adalah uang bulanan. Sumpah gays, gue mau komplen nih ama si ASAP. Yes, ASAP! Gara-gara dia tuh uang bulanan gue jadi dikurangi. Katanya sih, akibat kabut asap pendapatan Bokap berkurang. Entah apa hubungannya PNS ama kabut asap. Mungkin gajih PNS di potong gitu ya akibat Expor kabut asap yang mengalami Inflasi? Atau karena banyaknya retur dari Negara tetangga jadi merugi Negara? Atau hanya akal-akalan Bokap aja karena setiap minggu gue minta duit terus?
Andai di Indonesia memiliki Iron Man gays, pasti tak ada lagi expor Asap ke Negara tetangga. Tak ada penyakit Kispa. Tak ada libur sekolah dan tak ada pengurangan uang bulanan. Sayang gays, Iron Man enggan untuk menginjakkan kakinya di tanah Indonesia. Wah, bisa jadi itu. Bener juga. Jangan-jangan dia takut sama Wiro Sableng atau sama Mak Lampir? Ah, sepertinya dia takut ama Kalagondang, heheeee....
Sedikit pesan gue untuk para petinggi Negara yang berdasi di atas sana: Kami ingin masalah kabut asap segera dituntaskan. Semakin lama akan semakin menyengsarakan rakyat Indonesia, bukan hanya di Pekan Baru dan sekitarnya. Jangan saling menghindar. Tangani dan tuntaskan, cari OKNUM yang bertanggung jawab akibat musibah yang merugikan ini. Gue yakin, pasti ada dalang di balik layar.
Cuma itu pesen gue. Jika ada yang baca alhamdulilah, jika tidak biar Allah yang baca. Terimakasih Ya-Allah sudah membaca pesanku ini.