Gue mengakhiri
masa SMP dengan gelar lajang. Alias jomblo. Tiga tahun menjadi siswa smp gak
membuat gue bisa mendapatkan cinta. Bahkan, cewek yang gue pikir adalah cinta
sejati gue, sampai detik ini belum bisa gue miliki. Entah gue yang salah atau
karena gue yang bego. Lidah dan nadi gue sulit untuk berfungsi ketika gue akan
menyatakan perasaan gue terhadap doi.
Tiga tahun.
Tiga tahun gue hanya bisa mendapatkan cewek pelampiaan yang derajatnya setara
dengan ibu kantin. Gue gak percaya jika ternyata gue separah ini. Sedih sih.
Sakit sih. Perih sih. Ngenest sih. Tapi mau gimana lagi?
Meninggalkan
seragam biru-putih kini gue mulai beranjak dewasa dengan balutan seragam putih
abu-abu. Gue terlihat lebih ganteng dengan kostum ini. Waktu berlalu begitu
cepat secepat angin membawa debu. Gue masuk di SMA favorit. Entah kenapa dengan
otak gue yang serba terbatas gue bisa beruntung masuk sekolah favorit yang gue
sendiri gak yakin bisa menyelesaikannya. Rejeki anak soleh.
Gue mencoba
mencari keberuntungan dalam hal cinta dengan cara pedekate dengan seorang
cewek. Cewek yang gak terlalu cantik tapi bisa menarik minat gue untuk
mendekatinya. Katanya cinta itu tak memandang apapun? Gue tertarik dengan cewek
yang tingkatannya lebih tinggi dari gue. Beda dua tahun.
Semua berawal
ketika gue mengikuti ospek SMA. Ospek yang gue fikir sama dengan di smp.
Sumpah, gue gak bisa nego dengan senior. Di smp gue berasa seperti menjadi
setara meskipun dengan senior. Wajar, bokap gue polisi, jadi siapa yang berani?
Kalo mau ditilang sih boleh-boleh aja. Di sma, gue gak bisa mendapatkan
perlakuan khusus seperti yang gue dapat saat di smp. Mereka semua membabi-buta.
Dan kebencian gue terhadap para senior membuat gue harus balas dendam.
Sesosok cewek
yang katanya jelek namun galak membuat gue ingin sekali memijat-mijat kepalanya
dengan palu. Gue gak tahan banget dengan gayanya yang sok yes. Sok oke. Sok
cakep. Dan sok-sok-an. Namun bener kata orang, dari benci bisa jadi cinta. Dari
cinta bisa jadi duka.
Seperti yang
biasa dilakukan oleh remaja-remaja kampret di sma yang hobi banget ngumpul
sambil ngerumpi. Mau cewek mau cowok gak perduli. Yang penting heppy. Pagi itu
kami tengah duduk berdampingan sambil berbincang-bincang ringan. Lorong koridor
terlihat penuh oleh kami semua. Disudut sana sesosok manusia setengah setan
tampak seram menakutkan. Dia adalah Mufti. Sohip baru di sma. Gue kehilangan
Andri, Askur dan Alex karena kami berbeda SMA. Gue juga kehilangan bidadari
pagi hari gue karena kami berbeda sma. Ingin gue mengejarnya namun kalian tahu,
gak mungkin gue melawan keinginan bokap.
Dari ujung
sana terlihat seorang cewek sexy tengah berjalan semampai menarik perhatian
cowok-cowok. Dan kayaknya dia senior. Dia berjalan menggoda meliak-liukan
bokongnya yang bahenol memikat setiap mata lelaki. Langkahnya sangat elegan.
Arahnya pasti. Kami bersiap-siap untuk menyambutnya. Mata kami melotot dan
mulut kami menganga. Bidadari akan segera melintas dihadapan kami. Kancing
kerahnya gak dikancingin sehingga sedikit terlihat belahan dadanya. Wawwww,
sexy buangeettt.
Siiuuwwiittt...
Cuuiitt.. Cuiitt.... Entah kenapa tiba-tiba gue nyiulin tu senior. Mulut dan
lidah gue seperti tergerakan untuk menggodanya. Anak-anak menatap kearah gue
heran. Berani sekali manusia ini?
Sumpah, gue
hanya mau ngingetin nih khususnya buat cowok-cowok yang suka siul-siul kalo ada
cewek lewat. Sebelum siul sebaiknya lihat dan perhatikan dulu siapa cewek itu.
Jika udah dilihat maka segeralah diraba dan terakhir ditrawang. Daripada
sembarangan siul dampaknya menyakitkan.
“Lo kenapa
siul-siul? Emang gue burung!” Tegurnya penuh kebencian. Tatapannya sinis namun
tetap menunjukan tubuh sexy-nya. Gue tersenyum kalem.
“Lo emang
burung. Burung merpati yang akan menemani gue dihari tua.” Gombalan gue sepertinya
sangat maut. Teman-teman gue melongo untuk beberapa detik sebelum akhirnya
bersorak menyiulin aksi gue. Sorakan mereka membuat rasa percaya diri gue
tumbuh seratus persen.
“Lo cocok
menjadi merpati hidup gue.” Sambung gue penuh dengan keyakinan. Gue saranain,
jangan terlalu percaya diri.
PLAAKKK!!!
“LO KIRA GUE
BURUNG, DISIUL-SIULIN! BARU JADI SISWA INGUSAN AJA SUDAH BERANI KURANG AJAR SAMA
SENIOR.’ Makinya kejam. Wajahnya memerah padam. Gue masih berdiri
dihadapannya dengan celana basah karena ngompol. Gue setengah mati berusaha
meringsut dari hadapannya namun tetap gak bisa. Teman-teman gue justru menahan
tawa atas kegagalan gue. Gue masih menggerigil dihadapan wajah sangar si cewek
sexy.
Mufti dan kawan-kawan
tidak membantu gue samasekali. Mereka hanya melenggong melihat gue dicaci-maki
oleh senior kampret itu. Nia memang terkenal sangat galak. Wajar, orang batak.
Wajah gue pucat pasi dihadapannya. Teman-teman gue masih hanya diam sebelum
akhirnya Nia pergi dan akhirnya teman-teman membantu. Membantu menertawakan
gue.
Siapapun
kalian dan dimanapun kalian. Bagi yang lulusan SMA pasti kalian melewati masa
orientasi siswa. Masa dimana kita diajarkan untuk menjadi teladan yang
bermental baja. Katanya. Sebuah undang-undang yang gue pikir salah dan gak
masuk akal. Undang-undang yang harunya udah musnah dimakan jaman. Kalian pasti
tau undang-undang pasal “satu yang mengatakan senior tidak pernah salah. Dan
pasal dua jika senior salah maka lihat pasal satu.” Okeh, gue tau itu yang
menciptakan undang-undang pasti sedang mengalami penyiksaan dini. Akibat sering
disiksa sama pacarnya jadi otaknya geser.
Dan parahnya,
gara-gara undang-undang itu gue jadi sering kena hukum. Mulai dari jalan
merayap. Merayu cewek. Oke, yang ini gue suka banget. Nlaktir makan. Nyuci
piring sampai hukuman absurd yang hanya ada di SMA Nasional School. Gue mau
coba nanya. Siapa yang pernah melihat semut putih? Ada? Ada gak? Gak adakan?
Hum, tapi gue
diminta untuk mencari semut putih dan menyetorkannya ke ketua osis. Brengsek,
kalo aja gue bisa lempar tu senior pake batu maka akan langsung gue lempar.
Berjam-jam gue hanya jongkok-jongkok di belakang sekolah hanya untuk mencari
semut putih. Dibalik cobaan pasti ada jalan. Entah kenapa tiba-tiba gue
kepikiran dengan tukang cat yang lagi ngecet dinding dikelas sebelah. Gue tau
apa yang harus gue lakukan. Gue ambil beberapa semut lalu gue celupin tu semut
ke dalam cat putih lalu gue jemur sebentar. Dan, lima menit kemudian gue udah
membawa beberapa semut putih. Sempat heran bin bingung para senior itu, namun
gue udah melakukan apa keinginan mereka. Jadi sudah selesai.
Perjalanan
ospek sangat cepat. Gak terasa gue udah memasuki hari keenam. Hari ke-enam ini gue melihat ada
salah satu senior cewek yang membuat gue penasaran banget pengin deketin dia,
soalnya dia beda dengan yang lain. Perbedaan yang sangat menonjol dari
kulitnya, kalo yang lain putih, dia item. Yang lain tinggi, dia pendek. Yang
lain cantik, dia jelek. Karena itu, gue pengin deketin dia karena 89% dia mau dengan gue. Gue sadar diri, gue gak
mungkin nyari gebetan yang kualitasnya jauh berbeda dengan gue, itu konyol
namanya.
Ospek memasuki
hari terakhir. Nah, disinilah gue mulai tahu jika ternyata senior dan
orang-orang diatas sangat jago banget ber-akting. Setelah enam hari memaki-maki
seenak jidatnya. Menghukum seenak udelnya. Tiba-tiba dihari terakhir mereka
berubah seratuspersen. Perubahan yang hanya ada dalam dunia film. Mereka yang
tadinya jahat kini jadi baik banget. Tiba-tiba saja mereka berbondong-bondong
meminta maaf kepada peserta ospek. Mereka jadi murah senyum kepada kami.
Padahal boro-boro minta maaf, senyum aja gak pernah. Gue gak tau, jurusan apa
yang mereka ambil di SMA ini?
Pantesan saja
di Negara tercinta Indonesia ini banyak sekali kejahatan-kejahatan halus
seperti korupsi. Ya gara-gara ospek ini.
Gimana tidak? Di ospek kita diajarkan pasal-pasal kampret, kemudian semua
masalah bisa deselesaikan dengan kata maaf. Segampang itukah manusia menebus kesalahannya? Akan
jadi apa bangsa kita ini? Ehm, agak menyentuh ini.
Setelah gue selesai ospek dan gue
resmi jadi siswa SMA, gue menjalani hari-hari gue degan best friends gue yaitu Mufti.
Nah, kali ini
gue bakalan kasih tau siapa si Mufti ini.
Mufti adalah sahabat gue sejak pertama kali gue masuk di SMA. Gue dan doi
satu kelas. Dari mulai ospek sampai sekarang sudah naik kelas dua SMA gue masih
satu kelas dengan dia. Mungkin kami sangat serasi sehingga kepala sekolah
selalu menyatukan kami.
Gue masih
jomblo. Dan gue juga masih berburu wanita. wanita yang gue buru kali ini adalah
senior. Senior yang dulu ngospek gue. Gue masih sangat penasaran sama dia.
Pedekate berjalan dengan lancar damai tanpa hambatan. Gue mulai sering ngobrol
sama dia. Gue jadi sering tidur malem karena harus telvonan dulu sama dia. Gue
harus rajin bangun pagi karena gue harus ngebangunin dia pagi-pagi sebelum dia
bangun. Gua juga harus jadi sering bohong saat dia tanya ‘udah sholat apa
belum?’ dan terpaksa gue bohong bilang ‘udah’ hanya untuk menghindari
omelannya. Wajar, kadang kalo lagi pedekate segala macam-cara akan dihalalkan.
Termasuk ngutang di kantin buat nlaktir gebetan makan.
Sekarang gue
bakalan memberikan tips ngutang yang terbukti ampuh saat gue gunakan. Untuk
yang lagi memburu gebetan, ini cocok banget.
Pertama: Lo
harus pasang muka sok punya uang, biar orang ngiranya lo bakalan bayar. Dan
gebetan lo juga gak bakalan curiga kalo ternyata lo bond di kantin.
Kedua: Makan makanan yang agak mahal,
karena kalo ngutang jangan tanggung-tanggung. Kasian yang nyatet di buku utang
kalo utangnya tanggung-tanggung. Bakalan lupa. Lebih ngelupa.
Ketiga: Penampilan
harus rapi. Jangan kayak gempel biar gak malu-maluin. Udah ngutang, kayak gembel
pula penampilannya. Sebagai tukang ngutang yang baik kan kita harus jaga imez
juga.
Ke-empat: Tunggu orang
lain pada pergi baru ngomong kalo ngutang. Karena kalo
masih banyak orang kita akan ketauan kalo ngutang.
Ke-lima: Jangan
ngomong keras-keras kalo mau ngutang. Cukup lirih aja, sebatas lo dan pegawai
kantin yang denger. Dan
Allah. Karena kalo keras-keras kita dikira sombong. Udah ngutang, sombong lagi.
Digebuk orang lo bisa-bisa.
Terakhir: Kalo
elo gak kuat bayar utang, lo ambil tali lalu pura-pura mau gantung diri di
kantin. Pasti akan banyak yang hibah lalu elo dikasih sedekah. Kalo gak ada yang
hibah, mending lo mati aja.
Eeiitttsshhh.....
ada yang ketinggalan. Agar lebih lancar dalam ngutang, hal yang paling penting
adalah lo kenal dengan sipenjaga kantin. Selesai.
Itulah tips
sederhana, buat yang suka ngutang seperti gue, semoga bermanfaat dan selamat
mencoba. Ingat, jangan melakukan tanpa konsultasi dengan ahlinya.
***
Kalian pernah ngerasain, gimana sakitnya
dipanggil kuntet? apalagi dengan gebetan sendiri? Sumpah! Rasanya gak enak banget. Itu secara
terang-terangan kita dihina. Meskipun faktanya gue kuntet sih. Gue ngerasain hal itu dan gue
ngerasa jadi cowok paling jelek di dunia ini ketika kata “KUNTET” keluar dari mulut gebetan sendiri.
Rasanya itu,
AAAAWWWWWAAAASSSSSS.... KAMUUUU!!!
Cowok yang
lagi pedekate sama cewek itu pasti akan selalu baik dan nurutin apa yang
gebetannya minta. Apalagi hanya nganterin balik. Yah, itumah hal yang biasa. Gue
nganterin pulang Eka. Di jalan kita ngobrol, tangan dia megangin perut gue,
kepalanya di sandarin dipundak dan kakinya di kepala gue. Pokoknya udah kayak FTV
beneran lah ‘romantis banget’. Padahal modal juga modal dapet ngutang.
Besoknya,
dengan rasa percaya diri dan nekat. Gue samperin dia di kelasnya. Saat gue nyampe
dikelasnya tiba-tiba temen-temen sekelasnya Eka ngejek gue. Mereka
ngeledek gue di depan kelasnya. Gue di
bully sampai akhirnya gue masuk rumah sakit jiwa. Oke, itu berlebihan.
“Eka ada
dikelas?” Tanya gue pada salah satu penghuni kelas tiga IPS 2. Dia lagi gosok-gosok
akik didepan pintu. Cewek enek mirip banget dukun.
“Eka, adek lo
nyariin, nih.” Serunya acuh-tak-acuh terhadap gue. Suara kerasnya menggema
diseluruh ruangan sampai membuat isinya pada keluar. Seisi kelas itu menatap
gue aneh dan bibirnya bergetar menahan tawa yang siap meledak kapan saja.
Apa gak kurang
ajar coba? masak gue di bilang adeknya eka? Padahalkan gue calon pacarnya Eka
lebih tepatnya? Apa gue ini kecil banget? Ya meskipun gue kecil, tapi gue bukan
kurcaci. Anu gue juga gede? Ada apa Tuhaannnn.....
Setelah
beberapa detik gue nungguin Eka di depan pintu kelasnya dengan orang-orang yang
memiliki penyakit sindrom ultraviolet Yang artinya sampai sekarang gue juga gak
tau. Akhirnya
dia keluar sambil senyum-senyum. Kilauan itemnya menembus mata
gue.#lebay
“Kuntet? Lo
ngapain kesini?” Tanyanya yang kaget melihat gue tiba-tiba ada didepan
kelasnya. Teman-temannya cekikikan dibelakangnya. Gue tau, mereka semua bahagia
dengan penderitaan gue.
Perlahan muka
gue memudar. Hidung gue makin tenggelem. Dan muka bego gue akhirnya menghiasi
tubuh ini. Gue masih gak percaya dengan panggilan itu.
Meskipun kesel
super jengkel tapi gue harus bisa menahannya. Demi cinta gue harus bisa
mengendalikan emosi gue. Siapa tau Eka cinta sejati gue. Gak mau mati
terpanggang didepan kelasnya gue segera menarik tangannya dan langsung
membawanya kebelakang kelas. Angin sepoy-sepoy dibawah pohon mangga membuat
suasana semakin romantis. Pas banget.
“Gue cinta lo.
Lo mau jadi cewek gue?” Tembak gue langsung tanpa basa-basi. Gue gak mau
kelamaan nembak cewek lagi dan akhirnya gak jadi memilikinya.
“Tet, lo
serius?” Dia mencoba memastikan. Gue mengangguk.
Panggilan itu
kok gak enak banget rasanya ditelinga. Masak, gue dipanggil kuntet? Ditelinga
serasa mengganjal. Coba lo bayangin. Pas lo nembak cewek, kemudian cewek itu
nyebut nama lo dengan sebutan yang bikin kesel. Seperti, kuntet, cebol, item,
keleng, jenong, bego. Kan gak enak bener? Baru nyebut nama saja udah menyakitkan.
Apalagi kita pacaran? Yang ada gue tambah pusing. Bisa-bisa otak kiri gue pindah
ke lutut, dan pangkreas gue pindah di ginjal.
“Gue serius.
Gue tau gue kecil. dan gue juga tau kalo anu gue kecil. tapi gue punya cinta.
Cinta gue besar melebehi tugu monas buat lo.” Kata gue meyakinkan. Nafas gue
tak beraturan. Detak jantung gue semakin kencang melebihi rite untuk menunggu.
“Gue mau jadi
cewek lo, Tet.”
Yeeessss.........
Gimana, hebat-kan cara gue nembak
cewek? Yah, meskipun gue dipanggil kuntet. Mungkin itu panggilan
sayang dia buat gue. Mungkin dengan panggilan sayang seperti itu hubungan gue
akan bertahan lebih lama. Gak seperti yang sebelumnya yang manggilnya ayah
bundaan tapi ujung-ujungnya gue jadi keledai dungu yang selalu apes.
Tips sukes gue
dalam nembak gebetan hanya sederhana. Sebelum gue nembak Eka gue belajar dulu,
kursus kilat dan gak bayar. Dengan cara gue nonton FTV dulu semalem di SCTV. Makannya
gue jago dan lancar banget. Gue ikutin semua cara-cara nembak cewek dengan
kalimat romantis yang akan membuat cewek luluh hatinya. Gue pantengin semalan FTV
sampai akhirnya gue mahir dalam mempraktikannya. Dan akhirnya, FTV yang gantian
nonton gue. Gue ketiduran.
Setelah gue nembak Eka dan kita
pacaran. Kita jadi sering jalan bareng, kemudian kita saling memuji satu sama
lain. Ternyata Eka anaknya asyik juga, itu yang membuat gue jadi makin suka
sama dia. Yah, meskipun gue dipanggil kuntet dan gue gak nyaman banget
dengan julukan itu. Tapi, demi cinta no problem buat gue. Daripada gak ada yang mau.
Singkat
cerita, hubungan gue kembali kandas ditengah jalan. Setelah beberapa lama kita pacaran ‘2 hari tepatnya’ kita
putus. Menurut dia gue terlalu kecil buat jadi cowoknya. Dia malu jalan bareng
gue. Rasanya seperti jalan bareng badut taman. Padahalkan meskipun gue kecil,
anu guee-,,,,,,, besar. ”cinta gue maksudnya.” Apa coba kurangnya gue? Baik,
perhatian, ganteng pula. Cuma kurang tinggi aja. Mungkin dia malu sama temen temennya
karena sering di ejekin. Temennya selalu bilang pacaran sama
gue sama aja pacaran dengan kurcaci atau badut taman. Makannya gue diputusin
ama Eka. Gue sihh cuek, yang penting gue udah bisa pacaran sama kakak kelas
jadi imez gue jadi naik, hehee….
HAAAAHHUUAA…...HUAAA.....HHUUUUAAAA..HIHIKKHIKIKKHIKK…
Gue nangis di
toilet sekolah. Ketika menangis gue gak mau meninggalkan ritual gue buat selalu
ngaca. Dan dalam bayangan gue sendiri gue berkata. ‘’Kuntet, akhirnya lo harus
nangis lagi. Malang sekali nasipmu kuntet.’’
HUUUAAA.. HUAAA..
HAAAUUUUAAA… HUHUHUUUU…