Gays, ini kisah lama
gue. Seberkas masalalu yang selalu membuat gue ngerasa damai, tenang, bahagia,
dan ngerasa paling bersalah. Sebelum baca harus pada siapin tisu basah agar
kalian gak mencret mendadak ketika ngebaca cerita ini. Sedikit ngawur namun
tersetruktur.
Sory, inimah bukan maksut buat ngebuat kalian penyakitan, sumpah! Gue hanya
pengin menghibur kalian aja yang lagi LDR-an. Hihihiiii.....
21 November 2015,
Malam Minggu yang sangat cerah. Seperti biasa, gue selalu menghabiskan malam
minggu bersama dengan laptop butut gue. Tempat yang digunakan? Ah, jelas saja
bukan kafe, mana mungkin cowok
yang menjalin hubungan LDR-an bisa nongkrong di kafe. Gue habiskan malam minggu yang cerah ini di perpustakaan
kota. Ingin rasanya gue menghabiskan malam minggu di kafe, tapi gak mungkin.
Sama siapa gue kesana? Pacar gue aja jauh di seberang sana.
Mentok-mentok cuma cetingan.
“Sayang, malam minggu
nih.” Dalam telvon yang tersambung jauh diseberang sana.
“Iya nih, yang. Enaknya ngapain ya?”
“Jalan yuk?”
“Kan kita jauhan?”
“Oh iya. Lupa. Aku
mau ke perpustakaan, kamu mau ikut?” Tawar si cowok penuh harap. Padahal, tidak
mungkin harapan itu tersampaikan.
“Caranya gimana?”
“Aku ke perpustakaan,
kamu dikamar aja. Nemenin aku lewat sms.” Kata si cowok memberikan solusi yang
langsung bikin ceweknya yang jauh diseberang sana manyun semalaman.
Paling juga dia ada
yang ngapelin.
Cewek mah gampang,
gak kayak cowok. Untuk cewek, gak perlu cantik, pasti dapet pasangan. Pasti
banyak cowok kampret yang ngenes dan akhirnya memilih cewek pas-pasan sebagai
target operasinya.
Untuk cowok? Huh,
susah banget. Jangankan cari pasangan dengan wajah pas-pasan, nyari angkot aja
gak ada yang mau berhenti jika wajahnya pas-pasan. Namun, LDR memberikan pertolongan
bagi kaum cowok berwajah pas-pasan. Setidaknya si cewek gak bosen dengan ketemu
setiap hari.
Tapi ngenest!
Nah, hanya itu yang
bisa dilakukan. Ngenest kan?
Malam minggu kali ini
sangat berbeda, tepatnya mulai dua bulan yang lalu dimana hubungan LDR gue
memasuki fase empat bulanan. Entah apa yang terjadi, yang jelas gue sangat
ngerasa jadi lelaki congok malam minggu ini. Sumpah, andai gue boleh memilih
gue lebih memilih gantung diri daripada digantungin cintanya. Hubungan yang
seharusnya semakin membaik dan saling mengerti satu sama lain karena sudah
menginjak empat bulan justru malah sebaliknya. Segala cara telah gue lakukan
demi keharmonisan hubungan gue dengan si Dia. Tapi, ah, sayang sekali, gak ada
respek samasekali dari
dia. Hina sekali gue sampai gak dianggap oleh seorang wanita yang katanya
kekasih gue.#ngenest
Kesabaran memang
seharusnya ada batas.
Malam minggu ini
suasana perpustakaan berasa sangat panas, gak seperti biasanya. Gak perlu
tengah malam biasanya udara perpus sudah dingin, tapi kali ini sudah memasuki
jam satu pagi tapi udara masih saja terasa panas ditubuh gue. Mungkinkah ini
efek sakit hati? Um, bisa saja sih. Motor berjejer diparkiran perpus, banyak
para jomblonista atau couplenista yang datang untuk sekedar numpang Wifi kayak
gue ini. Ada juga kaum jomblonista yang sedang mencari gebetan baru. Semoga
saja ada yang mau ya. Sekalian doain gue juga biar bisa lepas dari jeratan yang
hanya akan menyiksa batin. Gak dianggap sama saja dipermainkan. Dipermainkan
sama saja dihina. Dihina samasaja minta dijauhin. Dan minta dijauhin samasaja
minta putus.
Motor-motor para
pengunjung berjejer rapi dihalaman parkir Perpustakaan. Salah satunya ada motor
pinjaman yang gue bawa saat orangnya sedang gak ada di kamar kos. Ingin gue
buka baju untuk mengurangi rasa panas ini, tapi gue sadar gue bukan anak idiot
yang doyan banget ngelakuin hal konyol seperti bersin didepan orang yang sedang
asyik makan, atau pup dicelana ketika berhadapan dengan cewek cantik.
Sambil nulis di blog,
gue pantengin layar hape yang tepat berada disamping laptop. Gue berharap sms
datang dari kekasih gue lalu dia dengan semangat ngucapin selamat malam minggu.
Tapi, sampai larut pun gak ada sms yang nyasar dari dia masuk dalam hape gue.
Mungkin dia selingkuh? Ah, semoga saja tidak. Atau mungkin dia sedang bersenang-senang
dengan para sahabatnya? Sepertinya tidak juga. Aha, atau mungkin dia lagi makan
atau ketiduran? Ah, manusia mana yang makan lama sekali sampai menghabiskan
waktu selama lima jam. Tidur? Manusia mana yang tidurnya lebih dari satu hari?
Soooooo......????
Perlahan para
pengunjung berangsur meninggalkan tempat. Tinggal menyisakan beberapa yang
salah satunya adalah gue. Pak Scurity mulai menimang-nimang tongkatnya.
Sepertinya akan segera dia lepaskan ke salah satu pengunjung yang paling betah
numpang wifi di perpus. Apalagi cowok-cowok, pantas saja Scurity gak mau. Kalau
cewek mungkin sampai pagi akan dijabanin.
Parah! Selarut ini
gak adajuga sms yang masuk. Andai dia tau disini betapa gue sangat
mengharapkannya. Gue sangat mencintainya. Gue ingin bahagia dengannya. Tapi
sayang, gue gak dianggap. Gak ada cintanya untuk laki-laki gak jelas ini.
Semoga yang kau lakukan disana adalah benar dan untuk kebaikanmu. Tak apa aku
disini harus terluka, asal kau di sana bahagia. Ciiiieeee.... Kok gue sok
puitis gini ya? Habis makan apa gue tadi? Perasaan cuma minum Air galon tok,
hahahaaa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar