Senin, 16 Januari 2017

Ospek SMA



Gue mengakhiri masa SMP dengan gelar lajang. Alias jomblo. Tiga tahun menjadi siswa smp gak membuat gue bisa mendapatkan cinta. Bahkan, cewek yang gue pikir adalah cinta sejati gue, sampai detik ini belum bisa gue miliki. Entah gue yang salah atau karena gue yang bego. Lidah dan nadi gue sulit untuk berfungsi ketika gue akan menyatakan perasaan gue terhadap doi.
Tiga tahun. Tiga tahun gue hanya bisa mendapatkan cewek pelampiaan yang derajatnya setara dengan ibu kantin. Gue gak percaya jika ternyata gue separah ini. Sedih sih. Sakit sih. Perih sih. Ngenest sih. Tapi mau gimana lagi?
Meninggalkan seragam biru-putih kini gue mulai beranjak dewasa dengan balutan seragam putih abu-abu. Gue terlihat lebih ganteng dengan kostum ini. Waktu berlalu begitu cepat secepat angin membawa debu. Gue masuk di SMA favorit. Entah kenapa dengan otak gue yang serba terbatas gue bisa beruntung masuk sekolah favorit yang gue sendiri gak yakin bisa menyelesaikannya. Rejeki anak soleh.
Gue mencoba mencari keberuntungan dalam hal cinta dengan cara pedekate dengan seorang cewek. Cewek yang gak terlalu cantik tapi bisa menarik minat gue untuk mendekatinya. Katanya cinta itu tak memandang apapun? Gue tertarik dengan cewek yang tingkatannya lebih tinggi dari gue. Beda dua tahun.
Semua berawal ketika gue mengikuti ospek SMA. Ospek yang gue fikir sama dengan di smp. Sumpah, gue gak bisa nego dengan senior. Di smp gue berasa seperti menjadi setara meskipun dengan senior. Wajar, bokap gue polisi, jadi siapa yang berani? Kalo mau ditilang sih boleh-boleh aja. Di sma, gue gak bisa mendapatkan perlakuan khusus seperti yang gue dapat saat di smp. Mereka semua membabi-buta. Dan kebencian gue terhadap para senior membuat gue harus balas dendam.
Sesosok cewek yang katanya jelek namun galak membuat gue ingin sekali memijat-mijat kepalanya dengan palu. Gue gak tahan banget dengan gayanya yang sok yes. Sok oke. Sok cakep. Dan sok-sok-an. Namun bener kata orang, dari benci bisa jadi cinta. Dari cinta bisa jadi duka.
Seperti yang biasa dilakukan oleh remaja-remaja kampret di sma yang hobi banget ngumpul sambil ngerumpi. Mau cewek mau cowok gak perduli. Yang penting heppy. Pagi itu kami tengah duduk berdampingan sambil berbincang-bincang ringan. Lorong koridor terlihat penuh oleh kami semua. Disudut sana sesosok manusia setengah setan tampak seram menakutkan. Dia adalah Mufti. Sohip baru di sma. Gue kehilangan Andri, Askur dan Alex karena kami berbeda SMA. Gue juga kehilangan bidadari pagi hari gue karena kami berbeda sma. Ingin gue mengejarnya namun kalian tahu, gak mungkin gue melawan keinginan bokap.
Dari ujung sana terlihat seorang cewek sexy tengah berjalan semampai menarik perhatian cowok-cowok. Dan kayaknya dia senior. Dia berjalan menggoda meliak-liukan bokongnya yang bahenol memikat setiap mata lelaki. Langkahnya sangat elegan. Arahnya pasti. Kami bersiap-siap untuk menyambutnya. Mata kami melotot dan mulut kami menganga. Bidadari akan segera melintas dihadapan kami. Kancing kerahnya gak dikancingin sehingga sedikit terlihat belahan dadanya. Wawwww, sexy buangeettt.
Siiuuwwiittt... Cuuiitt.. Cuiitt.... Entah kenapa tiba-tiba gue nyiulin tu senior. Mulut dan lidah gue seperti tergerakan untuk menggodanya. Anak-anak menatap kearah gue heran. Berani sekali manusia ini?
Sumpah, gue hanya mau ngingetin nih khususnya buat cowok-cowok yang suka siul-siul kalo ada cewek lewat. Sebelum siul sebaiknya lihat dan perhatikan dulu siapa cewek itu. Jika udah dilihat maka segeralah diraba dan terakhir ditrawang. Daripada sembarangan siul dampaknya menyakitkan.
“Lo kenapa siul-siul? Emang gue burung!” Tegurnya penuh kebencian. Tatapannya sinis namun tetap menunjukan tubuh sexy-nya. Gue tersenyum kalem.
“Lo emang burung. Burung merpati yang akan menemani gue dihari tua.” Gombalan gue sepertinya sangat maut. Teman-teman gue melongo untuk beberapa detik sebelum akhirnya bersorak menyiulin aksi gue. Sorakan mereka membuat rasa percaya diri gue tumbuh seratus persen.
“Lo cocok menjadi merpati hidup gue.” Sambung gue penuh dengan keyakinan. Gue saranain, jangan terlalu percaya diri.
PLAAKKK!!!
LO KIRA GUE BURUNG, DISIUL-SIULIN! BARU JADI SISWA INGUSAN AJA SUDAH BERANI KURANG AJAR SAMA SENIOR.’ Makinya kejam. Wajahnya memerah padam. Gue masih berdiri dihadapannya dengan celana basah karena ngompol. Gue setengah mati berusaha meringsut dari hadapannya namun tetap gak bisa. Teman-teman gue justru menahan tawa atas kegagalan gue. Gue masih menggerigil dihadapan wajah sangar si cewek sexy.
Mufti dan kawan-kawan tidak membantu gue samasekali. Mereka hanya melenggong melihat gue dicaci-maki oleh senior kampret itu. Nia memang terkenal sangat galak. Wajar, orang batak. Wajah gue pucat pasi dihadapannya. Teman-teman gue masih hanya diam sebelum akhirnya Nia pergi dan akhirnya teman-teman membantu. Membantu menertawakan gue.
Siapapun kalian dan dimanapun kalian. Bagi yang lulusan SMA pasti kalian melewati masa orientasi siswa. Masa dimana kita diajarkan untuk menjadi teladan yang bermental baja. Katanya. Sebuah undang-undang yang gue pikir salah dan gak masuk akal. Undang-undang yang harunya udah musnah dimakan jaman. Kalian pasti tau undang-undang pasal “satu yang mengatakan senior tidak pernah salah. Dan pasal dua jika senior salah maka lihat pasal satu.” Okeh, gue tau itu yang menciptakan undang-undang pasti sedang mengalami penyiksaan dini. Akibat sering disiksa sama pacarnya jadi otaknya geser.
Dan parahnya, gara-gara undang-undang itu gue jadi sering kena hukum. Mulai dari jalan merayap. Merayu cewek. Oke, yang ini gue suka banget. Nlaktir makan. Nyuci piring sampai hukuman absurd yang hanya ada di SMA Nasional School. Gue mau coba nanya. Siapa yang pernah melihat semut putih? Ada? Ada gak? Gak adakan?
Hum, tapi gue diminta untuk mencari semut putih dan menyetorkannya ke ketua osis. Brengsek, kalo aja gue bisa lempar tu senior pake batu maka akan langsung gue lempar. Berjam-jam gue hanya jongkok-jongkok di belakang sekolah hanya untuk mencari semut putih. Dibalik cobaan pasti ada jalan. Entah kenapa tiba-tiba gue kepikiran dengan tukang cat yang lagi ngecet dinding dikelas sebelah. Gue tau apa yang harus gue lakukan. Gue ambil beberapa semut lalu gue celupin tu semut ke dalam cat putih lalu gue jemur sebentar. Dan, lima menit kemudian gue udah membawa beberapa semut putih. Sempat heran bin bingung para senior itu, namun gue udah melakukan apa keinginan mereka. Jadi sudah selesai.
Perjalanan ospek sangat cepat. Gak terasa gue udah memasuki hari keenam. Hari ke-enam ini gue melihat ada salah satu senior cewek yang membuat gue penasaran banget pengin deketin dia, soalnya dia beda dengan yang lain. Perbedaan yang sangat menonjol dari kulitnya, kalo yang lain putih, dia item. Yang lain tinggi, dia pendek. Yang lain cantik, dia jelek. Karena itu, gue pengin deketin dia karena 89% dia mau dengan gue. Gue sadar diri, gue gak mungkin nyari gebetan yang kualitasnya jauh berbeda dengan gue, itu konyol namanya.
Ospek memasuki hari terakhir. Nah, disinilah gue mulai tahu jika ternyata senior dan orang-orang diatas sangat jago banget ber-akting. Setelah enam hari memaki-maki seenak jidatnya. Menghukum seenak udelnya. Tiba-tiba dihari terakhir mereka berubah seratuspersen. Perubahan yang hanya ada dalam dunia film. Mereka yang tadinya jahat kini jadi baik banget. Tiba-tiba saja mereka berbondong-bondong meminta maaf kepada peserta ospek. Mereka jadi murah senyum kepada kami. Padahal boro-boro minta maaf, senyum aja gak pernah. Gue gak tau, jurusan apa yang mereka ambil di SMA ini?
Pantesan saja di Negara tercinta Indonesia ini banyak sekali kejahatan-kejahatan halus seperti  korupsi. Ya gara-gara ospek ini. Gimana tidak? Di ospek kita diajarkan pasal-pasal kampret, kemudian semua masalah bisa deselesaikan dengan kata maaf. Segampang itukah manusia menebus kesalahannya? Akan jadi apa bangsa kita ini? Ehm, agak menyentuh ini.
Setelah gue selesai ospek dan gue resmi jadi siswa SMA, gue menjalani hari-hari gue degan best friends gue yaitu Mufti. Nah, kali ini gue bakalan kasih tau siapa si Mufti ini.  Mufti adalah sahabat gue sejak pertama kali gue masuk di SMA. Gue dan doi satu kelas. Dari mulai ospek sampai sekarang sudah naik kelas dua SMA gue masih satu kelas dengan dia. Mungkin kami sangat serasi sehingga kepala sekolah selalu menyatukan kami.
Gue masih jomblo. Dan gue juga masih berburu wanita. wanita yang gue buru kali ini adalah senior. Senior yang dulu ngospek gue. Gue masih sangat penasaran sama dia. Pedekate berjalan dengan lancar damai tanpa hambatan. Gue mulai sering ngobrol sama dia. Gue jadi sering tidur malem karena harus telvonan dulu sama dia. Gue harus rajin bangun pagi karena gue harus ngebangunin dia pagi-pagi sebelum dia bangun. Gua juga harus jadi sering bohong saat dia tanya ‘udah sholat apa belum?’ dan terpaksa gue bohong bilang ‘udah’ hanya untuk menghindari omelannya. Wajar, kadang kalo lagi pedekate segala macam-cara akan dihalalkan. Termasuk ngutang di kantin buat nlaktir gebetan makan.
Sekarang gue bakalan memberikan tips ngutang yang terbukti ampuh saat gue gunakan. Untuk yang lagi memburu gebetan, ini cocok banget.
Pertama: Lo harus pasang muka sok punya uang, biar orang ngiranya lo bakalan bayar. Dan gebetan lo juga gak bakalan curiga kalo ternyata lo bond di kantin.
Kedua: Makan makanan yang agak mahal, karena kalo ngutang jangan tanggung-tanggung. Kasian yang nyatet di buku utang kalo utangnya tanggung-tanggung. Bakalan lupa. Lebih ngelupa.
Ketiga: Penampilan harus rapi. Jangan kayak gempel biar gak malu-maluin. Udah ngutang, kayak gembel pula penampilannya. Sebagai tukang ngutang yang baik kan kita harus jaga imez juga.
Ke-empat: Tunggu orang lain pada pergi baru ngomong kalo ngutang. Karena kalo masih banyak orang kita akan ketauan kalo ngutang.
Ke-lima: Jangan ngomong keras-keras kalo mau ngutang. Cukup lirih aja, sebatas lo dan pegawai kantin yang denger. Dan Allah. Karena kalo keras-keras kita dikira sombong. Udah ngutang, sombong lagi. Digebuk orang lo bisa-bisa.
Terakhir: Kalo elo gak kuat bayar utang, lo ambil tali lalu pura-pura mau gantung diri di kantin. Pasti akan banyak yang hibah lalu elo dikasih sedekah. Kalo gak ada yang hibah, mending lo mati aja.
Eeiitttsshhh..... ada yang ketinggalan. Agar lebih lancar dalam ngutang, hal yang paling penting adalah lo kenal dengan sipenjaga kantin. Selesai.
Itulah tips sederhana, buat yang suka ngutang seperti gue, semoga bermanfaat dan selamat mencoba. Ingat, jangan melakukan tanpa konsultasi dengan ahlinya.
***
Kalian pernah ngerasain, gimana sakitnya dipanggil kuntet? apalagi dengan gebetan sendiri? Sumpah! Rasanya gak enak banget. Itu secara terang-terangan kita dihina. Meskipun faktanya gue kuntet sih. Gue ngerasain hal itu dan gue ngerasa jadi cowok paling jelek di dunia ini ketika kata KUNTET keluar dari mulut gebetan sendiri.
Rasanya itu, AAAAWWWWWAAAASSSSSS.... KAMUUUU!!!
Cowok yang lagi pedekate sama cewek itu pasti akan selalu baik dan nurutin apa yang gebetannya minta. Apalagi hanya nganterin balik. Yah, itumah hal yang biasa. Gue nganterin pulang Eka. Di jalan kita ngobrol, tangan dia megangin perut gue, kepalanya di sandarin dipundak dan kakinya di kepala gue. Pokoknya udah kayak FTV beneran lah ‘romantis banget’. Padahal modal juga modal dapet ngutang.
Besoknya, dengan rasa percaya diri dan nekat. Gue samperin dia di kelasnya. Saat gue nyampe dikelasnya tiba-tiba temen-temen sekelasnya Eka ngejek gue. Mereka ngeledek gue di  depan kelasnya. Gue di bully sampai akhirnya gue masuk rumah sakit jiwa. Oke, itu berlebihan.
“Eka ada dikelas?” Tanya gue pada salah satu penghuni kelas tiga IPS 2. Dia lagi gosok-gosok akik didepan pintu. Cewek enek mirip banget dukun.
“Eka, adek lo nyariin, nih.” Serunya acuh-tak-acuh terhadap gue. Suara kerasnya menggema diseluruh ruangan sampai membuat isinya pada keluar. Seisi kelas itu menatap gue aneh dan bibirnya bergetar menahan tawa yang siap meledak kapan saja.
Apa gak kurang ajar coba? masak gue di bilang adeknya eka? Padahalkan gue calon pacarnya Eka lebih tepatnya? Apa gue ini kecil banget? Ya meskipun gue kecil, tapi gue bukan kurcaci. Anu gue juga gede? Ada apa Tuhaannnn.....
Setelah beberapa detik gue nungguin Eka di depan pintu kelasnya dengan orang-orang yang memiliki penyakit sindrom ultraviolet Yang artinya sampai sekarang gue juga gak tau. Akhirnya dia keluar sambil senyum-senyum. Kilauan itemnya menembus mata gue.#lebay
“Kuntet? Lo ngapain kesini?” Tanyanya yang kaget melihat gue tiba-tiba ada didepan kelasnya. Teman-temannya cekikikan dibelakangnya. Gue tau, mereka semua bahagia dengan penderitaan gue.
Perlahan muka gue memudar. Hidung gue makin tenggelem. Dan muka bego gue akhirnya menghiasi tubuh ini. Gue masih gak percaya dengan panggilan itu.
Meskipun kesel super jengkel tapi gue harus bisa menahannya. Demi cinta gue harus bisa mengendalikan emosi gue. Siapa tau Eka cinta sejati gue. Gak mau mati terpanggang didepan kelasnya gue segera menarik tangannya dan langsung membawanya kebelakang kelas. Angin sepoy-sepoy dibawah pohon mangga membuat suasana semakin romantis. Pas banget.
“Gue cinta lo. Lo mau jadi cewek gue?” Tembak gue langsung tanpa basa-basi. Gue gak mau kelamaan nembak cewek lagi dan akhirnya gak jadi memilikinya.
“Tet, lo serius?” Dia mencoba memastikan. Gue mengangguk.
Panggilan itu kok gak enak banget rasanya ditelinga. Masak, gue dipanggil kuntet? Ditelinga serasa mengganjal. Coba lo bayangin. Pas lo nembak cewek, kemudian cewek itu nyebut nama lo dengan sebutan yang bikin kesel. Seperti, kuntet, cebol, item, keleng, jenong, bego. Kan gak enak bener? Baru nyebut nama saja udah menyakitkan. Apalagi kita pacaran? Yang ada gue tambah pusing. Bisa-bisa otak kiri gue pindah ke lutut, dan pangkreas gue pindah di ginjal.
“Gue serius. Gue tau gue kecil. dan gue juga tau kalo anu gue kecil. tapi gue punya cinta. Cinta gue besar melebehi tugu monas buat lo.” Kata gue meyakinkan. Nafas gue tak beraturan. Detak jantung gue semakin kencang melebihi rite untuk menunggu.
“Gue mau jadi cewek lo, Tet.”
Yeeessss.........
Gimana, hebat-kan cara gue nembak cewek? Yah, meskipun gue dipanggil kuntet. Mungkin itu panggilan sayang dia buat gue. Mungkin dengan panggilan sayang seperti itu hubungan gue akan bertahan lebih lama. Gak seperti yang sebelumnya yang manggilnya ayah bundaan tapi ujung-ujungnya gue jadi keledai dungu yang selalu apes.
Tips sukes gue dalam nembak gebetan hanya sederhana. Sebelum gue nembak Eka gue belajar dulu, kursus kilat dan gak bayar. Dengan cara gue nonton FTV dulu semalem di SCTV. Makannya gue jago dan lancar banget. Gue ikutin semua cara-cara nembak cewek dengan kalimat romantis yang akan membuat cewek luluh hatinya. Gue pantengin semalan FTV sampai akhirnya gue mahir dalam mempraktikannya. Dan akhirnya, FTV yang gantian nonton gue. Gue ketiduran.
Setelah gue nembak Eka dan kita pacaran. Kita jadi sering jalan bareng, kemudian kita saling memuji satu sama lain. Ternyata Eka anaknya asyik juga, itu yang membuat gue jadi makin suka sama dia. Yah, meskipun gue dipanggil kuntet dan gue gak nyaman banget dengan julukan itu. Tapi, demi cinta no problem buat gue. Daripada gak ada yang mau.
Singkat cerita, hubungan gue kembali kandas ditengah jalan. Setelah beberapa lama kita pacaran2 hari tepatnya’ kita putus. Menurut dia gue terlalu kecil buat jadi cowoknya. Dia malu jalan bareng gue. Rasanya seperti jalan bareng badut taman. Padahalkan meskipun gue kecil, anu guee-,,,,,,, besar. ”cinta gue maksudnya.” Apa coba kurangnya gue? Baik, perhatian, ganteng pula. Cuma kurang tinggi aja. Mungkin dia malu sama temen temennya karena sering di ejekin. Temennya selalu bilang pacaran sama gue sama aja pacaran dengan kurcaci atau badut taman. Makannya gue diputusin ama Eka. Gue sihh cuek, yang penting gue udah bisa pacaran sama kakak kelas jadi imez gue jadi naik, hehee….
HAAAAHHUUAA…...HUAAA.....HHUUUUAAAA..HIHIKKHIKIKKHIKK…
Gue nangis di toilet sekolah. Ketika menangis gue gak mau meninggalkan ritual gue buat selalu ngaca. Dan dalam bayangan gue sendiri gue berkata. ‘’Kuntet, akhirnya lo harus nangis lagi. Malang sekali nasipmu kuntet.’’
HUUUAAA.. HUAAA.. HAAAUUUUAAA… HUHUHUUUU…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar